BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemisahan dan pemurnian merupakan suatu cara yang
dilakukan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa maupun sekelompok
senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan. Pada
prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan 2 zat atau lebih yang
bercampur sedangkan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan suatu zat yang murni
dari suatu zat yang tercampur.
Biasanya zat murni telah tercampur dengan zat-zat
lain yang dapat membentuk campuran yang bersifat homogen dan heterogen yang
bergantung pada jenis komponen yang tergantung didalamnya.
Zat murni ada dua yaitu unsur dan senyawa, sedangkan
campuran merupakan gabungan dua zat murni dengan komposisi sembarangan. Zat
murni yang sudah tercampur mengandung zat-zat lain dalam bentuk gas, cair, atau
padat.
Zat atau materi dapat dipisah dari campurannya
karena campuran tersebut memiliki perbedaan sifat. Itulah yang mendasari
pemisahan camuran atau dasar pemisahan. Dalam kenyataan pemisahan dan pemurnian
tidak dapat dipisah satu sama lain. Kita akan melihat bahwa ketika metode
pemisahan dan pemurnian baru dikembangkan. Ilmu kimia akan mendapatkan kemajuan
besar. Pentingnya pemisahan dan pemurnian inilah yang melatar belakangi
percoabaan ini.
Campuran dapat dipisahkan dengan menggunakan
berbagai metode. Metode-metode tersebut yaitu, pengayakan, penyaringan,
sentrifugasi, evaporasi, pemisahan campuran dengan menggunakan magnet,
sublimasi, destilasi, corong pisah dan kromatografi. Metode dekntil digunakan
untuk memisahkan campuran yang penyusunnya berupa cairan dan padatan.
Oleh karena itu percobaan ini, perlu dilakukan
sehingga kita dapat mengetahui berbagai cara pemishan dan pelepasan larutan
untuk mendapatkan zat murni. Selain itu tidak hanya bisa dilakukan pada zat
cair saja, maupun juga dapat dilkukan pada campuran yang dibentuk oleh dua
jenis zat padat. Dalam proses pemisahan dan pemurnian ini juga kita akan
mempelajari berbagai jenis zat padat campuran atau zat cair campuran dan juga
dapat mengetahui jenis-jenis pemisahan dan pemurnian. Agar kita dapat melakukan
metode pemisahan dan pemurnian secara tepat.
1.2
Tujuan
-
Mengetahui
catra-cara pemurnian suatu campuran
-
Mengetahui zat
murni dari zat yang telah tercemar atau tercampur
-
Mengetahui
penggolongan pada campuran
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
Campuran yang digunakan untuk pemisahan dan
pemurnian dapat digolongkan menjadi 3 yaitu :
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat
atau lebih yang terdispersi sebagai
molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan itu tampak
homogeny (kontinue, tanpa bidang batas) dan mempunyai komposisi yang sama pada
setiap bagiannya. Komponen - komponen yang terdapat pada larutan tidak dapat
dipisahkan melalui penyaringan, sebagai contoh air dan gula. Larutan terdiri atas pelarut dan zat
terlarut. Pada umumnya, komponen yang jumlahnya terbanyaklah yang dianggap
sebagai pelarut. Misalnya sirup yaitu, campuran yang mengandung lebih banyak
gula dari pada air. Disamping itu, zat padat atau cairan larut dalam cairan,
maka dalam campuran terjadi gaya tarik - menarik antar molekul (intermolekul)
zat terlarut dan pelarut. Selain itu terdapat gaya tarik didalam molekul atau
ion masih tetap bersatu. Larutan dapat berubah padatan, diameter partikel
larutan lebih kecil 1 nm (Yazid, 2005).
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara campuran kasar dan larutan. Secara makropis koloid tampak homogen, tetapi secara mikropis koloid bersifat heterogen. Oleh karena itu, koloid digolongkan ke dalam campuran heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat stabil dan tidak disaring. Ukuran partikel koloid terletak 1 -100 nm, berada diantara larutan dan larutan kasar atau suspensi, sehingga masih cukup kecil untuk menembus kertas saring biasa, cukup besar untuk menembus membran atau filter ultra (Yazid, 2005).
Suspensi adalah campuran kasar dan bersifat
heterogen. Antar komponennya masih terdapat bidang batas dan sering kali dapat
dibedakan tanpa menggunakan mikroskop. Setelah suspensi biasanya dimasukkan
untuk campuran heterogen dari suatu zat padat dalam zat cair. Suspensi tampak
keruh dan tidak stabil zat suspensi lambat laun akan terpisah karena gravitasi
(mengalami sedimentasi). Suspensi dapat di pisahkan melalui penyaringan.
Diameter partikel suspensi adalah lebih dari 100 nm. Contoh campuran suspensi
adalah campuran terigu atau kapur dengan air (Keenan, 1999).
Campuran terbentuk dari dua zat atau lebih zat
berlainan yang masih mempunyai sifat zat aslinya. Dalam kehidupan sehari - hari
banyak kita jumpai campuran. Misalnya air sungai, tanah, udara, makanan,
minuman, dll. Campuran dibagi dua yaitu :
Campuran homogen adalah penggabungan 2 zat
tunggal atau lebih yang semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk 1
fasa. Yang disebut 1 fasa adalah zat yang sifat komposisinya sama antara satu
bagian dengan bagian yang lain didekatnya. Contohnya gula dan air, rasa manis
air gula disemua bagian bejana sama baik diatas maupun dibawah dan dipinggirnya
karena begitu kecil dan meratanya partikel gula sehingga tidak dapat dilihat
walaupun dengan mikroskop (Syukri, 1999).
Campuran heterogen adalah penggabungan yang
tidak merata antara 2 zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen
yang satu dengan lainnya tidak sama diberbagai bagian bejana. Contohnya
campuran air dengan minyak tanah. Pada mulanya kedua zat tidak bercampur,
tetapi setelah dikocok dengan kuat minyak menyebar dalam air berupa gelembung - gelembung kecil. Pada gelembung
hanya terdapat minyak, sedangkan yang lain adalah air. Jadi minyak tidak
menyebar merata seperti gula dan air. Dengan kata lain, dalam campuran
heterogen masih ada bidang batas antara kedua komponen atau mengandung lebih
dari 1 fasa (Syukri, 1999).
Untuk memisahkan campuran homogen maupun
heterogen dapat dilakukan melalui proses pemisahan dan pemurnian. Pemisahan
dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur, sedangkan
pemurnian adalah suatu cara untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang
telah tercemar atau tercampur oleh zat lain (Syukri, 1999)
Pemisahan dan pemurnian adalah proses
pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat
murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur. Campuran adalah setia
contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah senyawa.
Susunan suatu campuran tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi, campuran
dapat berupa homogen dan heterogen (Petrucci, 1996).
Dua pengertian yang penting dalam larutan
adalah (zat yang dilarutkan) dan (zat pelarut). Pengertian ini dapat dinyatakan
bila senyawa dalam jumlah yang lebih besar maka disebut zat pelarut. Meskipun
demikian pernyataan ini dapat dibalik bila lebih tepat (Syukri, 1999).
Metode pemisahan dan pemurnian.
Dekantasi adalah proses pemisahan zat padat
yang tidak terlarut didalam pelarutnya dengan cara dituangkan, sehingga akibatnya
cairan tersebut akan terpisah dari zat padat yang tercampur (Sudjadi, 1998).
Filtrasi adalah suatu cara pemisahan yang
biasa dilakukan untuk memisahkan suatu pelarut terhadap pengotornya yang berupa
padatan atau memisahkan suatu padatan kristal terhadap pelarutnya (Sudjadi,
1998).
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat
padat dari campuran atau pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat
terlarut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok (Syukri, 1991).
Sublimasi adalah perubahan wujud zat dari
padat ke gas atau sebaliknya, bila partikel penyusun suatu zat padat diberikan
kenaikan suhu melalui pemanasan, maka partikel tersebut akan berubah wujud
menjadi gas sebaliknya bila suhu diturunkan, maka gas akan berubah menjadi
padat (Sudjadi, 1998)
Ekstraksi adalah cara pemisahan dua atau lebih
zat dalam suatu campuran (Suyitno, 1989).
Struktur kimia Naftalena dan minyak goreng
Naftalena adalah hidrokarbon kristalin
aromatika berbentuk padatan berwarna putih(Petrucci, 1987).
- Gambar struktur Naftalena
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari
lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar
dan biasanya digunakan untuk memasak (Petrucci, 1987).
- Gambar struktur minyak goreng
Senyawa polar dan non polar
Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk
akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur - unsurnya ini terjadi
karena unsur yang berkaitan tersebut mempunyai nilai keelektronegatifitasnya
yang berbeda (Svehla, 1979).
Senyawa non polar adalah senyawa yang
terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur - unsur yang
membentuknya ini terjadi karena unsur yang berkaitan mempunyai nilai
elektronegatifitas yang sama atau hampir sama (Svehla, 1979).
BAB
3
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
- Sendok/spatula
- Gelas kimia 50 ml
- Corong kaca
- Corong pisah
- Cawan penguap
- Botol semprot
- Jarum
- Batang pengaduk
- Mortar dan alu
- Labu erlenmeyer 100 ml
- Statif dan klem
- Hotplate
- Gunting
- Alat tulis
- Penjepit tabung
- Kanebo
- Sikat tabung reaksi
3.1.2 Bahan
- Pasir
- Kapur tulis
- Kapur barus (naftalena)
- Garam dapur
- Minyak goreng
- Aquades
- CuSO4
- Kertas saring
- Tisu gulung
- Sunlight
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Dekantasi
- Dimasukkan 50 ml aquades kedalam gelas
kimia 50 ml.
- Dicampurkan 3 sendok pasir kedalam gelas kimia menggunakan
Spatula.
-
Diaduk menggunakan batang pengaduk.
- Diamati.
3.2.2 Filtrasi
- Dimasukkan 50 ml aquades kedalam gelas
kimia 50 ml.
- Digerus 1 batang kapur tulis dengan
menggunakan mortar dan alu.
- Dicampurkan bubuk kapur tulis sebanyak 3
sendok kedalam gelas
kimia dengan menggunakan spatula.
- Diaduk menggunakn batang pengaduk.
- Disaring menggunakan kertas saring dan
corong kaca kedalam labu
erlenmeyer 100 ml.
- Diamati.
3.2.3 Rekristalisasi
- Dimasukkan aquades 10 ml kedalam gelas
kimia 50 ml.
- Dicampurkan CuSO4 sebanyak 1
sendok menggunakan spatula.
- Diaduk menggunakan batang pengaduk.
- Dipanaskan menggunakan hotplate.
- Diamati.
3.2.4 Sublimasi
- Digerus naftalena menggunakan mortar dan
alu.
- Dimasukkan bubuk naftalena sebanyak 1
sendok.
- Dicampurkan garam sebanyak 6 sendok.
- Diaduk menggunakan batang pengaduk.
- Ditutup cawan penguap dengan kertas saring yang telah
dilubangi
kecil-kecil, ditutup lagi dengan corong
kaca dengan posisi terbalik
dengan ujung lehernya disumbat dengan
tisu.
- Dipanaskan diatas hotplate.
- Diamati.
3.2.5 Ekstraksi
- Dimasukkan aquades secukupnya kedalam
corong pisah.
- Dicampur minyak goreng dengan perbandingan
1:1.
- Dikocok searah.
- Dipasang di statif dan klem.
- Diamati hingga minyak goreng dan aquades
terpisah.
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Dekantasi
|
|
|
Dimasukkan 50 ml
aquades kedalam gelas kimia 50 ml
|
|
Dicampurkan 3 sendok
pasir ke dalam gelas kimia menggunakan spatula
|
Larutan berubah warna
menjadi keruh
|
|
Diaduk menggunakan
batang pengaduk
|
Larutan menjadi
semakin keruh
|
|
Didiamkan hinga
pasirnya mengendap
|
|
|
Diamati
|
Pasir mengendap
|
|
2.
|
Filtrasi
|
|
|
Dimasukkan 50 ml
aquades ke dalam gelas kimia 50 ml
|
|
Digerus 1 batang
kapur tulis dengan menggunakan mortar dan alu
|
Menjadi bubuk kapur
tulis
|
|
Dicampurkan bubuk
kapur tulis sebanyak 3 sendok kedalam gelas kimia dengan menggunakan spatula
|
Larutan menjadi keruh
|
|
Diaduk menggunakan
batang pengaduk
|
Larutan semakin keruh
|
|
|
Disaring menggunakan
kertas saring dan corong kaca ke dalam labu erlenmeyer 100 ml
|
|
Diamati
|
Aquades turun ke
dalam labu erlenmeyer dan bubuk kapur tulis tersaring di kertas saring
|
|
3.
|
Rekristalisasi
|
|
|
Dimasukkan aquades 10
ml ke dalam gelas kimia 50 ml
|
|
Dicampurkan CuSO4
sebanyak 1 sendok menggunakan spatula
|
Larutan menjadi
berwarna biru
|
|
Diaduk menggunakan
batang pengaduk
|
Larutan menjadi semakin
biru
|
|
Dipanaskan diatas
hotplate
|
|
|
Diamati
|
Mengkristal menjadi
bubuk CuSO4
|
|
4.
|
Sublimasi
|
|
|
Digerus kapur barus
menggunakan mortar dan alu
|
Menjadi bubuk
|
Dimasukkan bubuk
naftalena sebanyak 1 sendok
|
|
|
Dicampur garam
sebanyak 6 sendok
|
|
|
Diaduk menggunakan
batang pengaduk
|
Garam dan naftalena
bercampur
|
|
Ditutup cawan penguap
dengan kertas saring yang telah dilubangi kecil-kecil ditutup lagi dengan
corong kaca dengan posisi terbalik dan ujung lehernya disumbat dengan tisu
|
|
|
|
Dipanaskan diatas
hotplate
|
|
Diamati
|
Naftalena mengkristal
di dinding corong kaca
|
|
5.
|
Ekstrasi
|
|
|
Dimasukkan aquades
secukupnya kedalam corong pisah
|
|
Dicampur minyak
goreng dengan perbandingan 1:1
|
Campuran terpisah
|
|
Dikocok searah
|
Campuran menyatu
sementara
|
|
Dipasang di statif
dan klem
|
|
|
Diamati hingga minyak
goreng dan aquades terpisah
|
Campuran terpisah
kembali miyak goreng diatas dan aquades dibawah
|
4.2 Pembahasan
Beberapa
prinsip yang digunakan dalam proses pemisahan dan pemurnian campuran:
a. Perbedaan
ukuran partikel
Jika ukuran partikel suatu zat yang
diinginkan berbeda, dengan zat yang tidak diinginkan (zat pencampur) dapat
dipisahkan dengan metode penyaringan (filtrasi). Untuk keperluan ini harus
menggunakan penyaring dengan ukuran yang sesuai. Partikel zat hasil akan
melewati penyaring dan zat pencampurnya akan terhalang yang disebut residu.
b. Perbedaan
titik didih
Untuk memisahkan campuran zat yang
memiliki titik didih dapat melakukan metode sublimasi. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan lebih dulu menguap. Jika yang diinginkan adalah zat
yang memiliki titik didih rendah, maka selanjutnya mengembunkan uap dari zat
tersebut dan mengalirkannya ke wadah tertentu. Jika yang diinginkan adalah zat
yang memiliki tiitk didih yang tinggi maka cukup memanaskan campuran tersebut
aja, sampai suhu mencapai titik didih zat yang kita cari.
c. Perbedaan
massa jenis
Suhu pengendapan zat akan memiliki
kecepatan mengendapkan yang berbeda dalam larutan yang berbeda. Zat yang
memiliki masa jenis lebih besar dari pada pelarutnya akan mudah mengendap. Bila
dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan
pengendaan yang berbeda, maka dapat dilakukan pemisahan campuran tersebut
dengan metode sedimentasi. Tapi jika dalam campuran tersebut terdapat lebih
dari satu zat yang diinginkan, maka digunakan metode filtrasi.
d. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan penarikan suatu
zat oleh zat lain sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengadsorbsi.
Penggunaan metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik atau
organisme.
e. Absorbsi
Absorbsi merupakan suatu fenomena
fisik atau kimia atau suatu proses penyerapan yang terjadi pada seluruh bagian
permukaan.
f. Perbedaan
kelarutan
Suatu zat selalu meiliki
spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat mungkin larut dalam
pelarut A tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau sebaliknya. Secara umum
pelarut dibagi menjadi dua, yaitu pelarut polar dan pelarut non polar. Pelarut
polar mudah terlarut pada pelarut polar dan senyawa polar mudah terlarut pada pelarut
non polar. Dengan hal ini menggunakan perbedaan kelarutan didapatkan pemisahan
campuran dengan pelarut tertentu.
g. Difusi
Difusi adalah peristiwa
mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi
tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada
pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga
seluruh partikel tersebar secara luas secara merata atau mencapai keadaan
kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada
perbedaan konsentrasi. Contohnya pemberian gula pada cairan teh tawar.
Pada percobaan pertama campuran air dan
aquades dapat dipisahkan dengan cara dekantasi. Pada proses dekantasi campuran
pasir dan aquades didiamkan didalam gelas kimia 50 ml. Hasil dari proses ini
adalah pasir mengendap dibagian bawah gelas kimia dan air berada dibagian atas
dari endapan pasir. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi,
selain itu mengendapnya pasir juga dipengaruhi oleh perbedaan massa jenis
antara pasir dan aquades. Massa jenis pasir lebih besar dibandingkan massa
jenis aquades, massa jenis pasir adalah 1,9 gr/cm3 sedangkan massa
jenis aquades adalah 1 gr/cm3. Dalam percobaan ini campuran bersifat
heterogen sehingga dapat dipisahkan secara mekanik.
Pada percobaan kedua, pemisahan kapur
tulis dengan aquades dilakukan dengan cara filtrasi. Hasil dari percobaan
adalah larutan berubah menjadi keruh dan ketika disaring kapur tulis tertahan
pada kertas saring karena ukuran partikel lebih besar daripada pori-pori
kertas. Kapur yang tertahan pada kertas saring disebut residu sedangkan aquades
disebut filtrat.
Pada percoban ketiga rekristalisasi,
campuran antara CuSO4 dengan aquades. Pada proses rekristalisasi
campuran CuSO4 dan aquades dipanaskan diatas hotplate. Hasil dari proses ini adalah aquades lebih cepat menguap,
habis dan yang tersisa adalah kristal CuSO4 didasar gelas kimia. Hal
ini terjadi karena titik didih aquades lebih rendah dari CuSO4. Titk
didih aquades adalah 100oC sedangkan titik didh CuSO4
adalah 150oC. Percobaan ini dipengaruhi oleh titik didih dan titik
uap. Dimana jika titik uapnya tinggi maka titik didihnya rendah dan sebaliknya
jika titik didihnya rendah maka titik didihnya tinggi.
Pada percobaan keempat sublimasi,
pencampuran antara naftalena dan garam. Pada proses sublimasi campuran
naftalena dan garam pada cawan penguap ditutup dengan kertas saring yang telah
dilubangi kecil-kecil menggunakan jarum. Lalu ditutup lagi menggunakan corong
kaca dengan posisi terbalik yang ujungnya disumbat dengan tisu, kemudian
dipanaskan. Hasil dari proses ini adalah terdapat kristal-kristal naftalena
yang menempel pada dinding corong kaca. Percobaan ini dipengaruhi oleh titik
didih. Hal itu terjadi karena titik didih naftalena lebih rendah daripada titik
didih garam. Titik didih naftalena adalah 218oC sedangkan titik
didih garam adalah 1465oC. Sehingga naftalena yang menempel pada
dinding corong kaca.
Pada percobaan kelima ekstraksi,
pemisahan air dan minyak goreng. Pada proses ekstraksi air dan minyak goreng
dimasukkan kedalam corong pisah kemudian dikocok lalu didiamkan. Hasil dari
proses ini adalah air dan minyak goreng memisah. Minyak goreng berada diatas
air. Hal ini disebabkan oleh massa jenis minyak goreng lebih kecil daripada
massa jenis air. Massa jenis minyak goreng adalah 0,92 gr/cm3
sedangkan massa jenis air adalah 1 gr/cm3. Selain itu percobaaan ini
juga menggunakan prinsip kepolaran. Minyak dan air tidak dapat bercampur karena
air bersifat polar artinya senyawa yang memiliki keelektronegatifan yang jauh
berbeda antara atom penyusunnya. Sedangkan minyak bersifat non polar, minyak
memiliki perbedaan keelektronegatifan yang relatif kecil atau bahkan nol.
Ketika keran pada corong pisah dibuka dan tutup corong pisah dalam keadaan
ditutup, cairan keluar dengan sangat lambat. Sedangkan ketika tutup corong
pisah dibuka, cairan mengalir dengan cepat. Hal ini disebabkan karena pengaruh
gravitasi.
Ada beberapa fungsi perlakuan yang
dilakukan, yang pertama adalah diaduk. Hal ini dilakukan agar larutan menjadi
tercampur. Yang kedua penyaringan, fungsi penyaringan adalah agar residu
berpisah dengan filtratnya. Yang ketiga penyumbatan, fungsi penyumbatan pada
corong kaca dilakukan agar uap kristal tidak keluar. Yang keempat pemanasan,
fungsi pemanasan untuk menguapkan zat terlarut sehingga terpisah dengan
pelarutnya. Yang kelima pengocokan, fungsi pengocokan adalah untuk mencampurkan
minyak dan air. Yang keenam didiamkan, fungsi didiamkan adalah untuk melihat
proses prmisahannya dan agar dapat dengan mudah diamati. Yang ketujuh dilubangi
kecil-kecil, fungsi dilubangi kecil-kecil pada sublimasi adalah agar zat yang
menguap dapat melewati kertas dan tidak tertahan.
Sifat-sifat aquades adalah tidak
berwarna, berupa cairan, tidak berbau, mempunyai rumus molekul H2O,
tidak berasa pada kondisi standar, bersifat polar dan memiliki kemampuan untuk
melarutkan banyak zat kimia.
Sifat-sifat naftalena adalah mempunyai
rumus kimia C10H8, berupa padatan, berwarna putih
kristal, memiliki bau yang kuat, bersifat volatil mudah menguap dan mudah
terbakar, dan tidak dapat larut dalam air.
Sifat-sifat CuSO4 adalah
berwarna biru, dapat bereaksi dengan logam Zn, bersifat higroskopis, dan dapat
lart dalam air.
Faktor kesalahan pada percobaan ini
yaitu, pada percobaan rekristalisasi terjadi kelarutan saat larutan aquades
dicampur dengan CuSO4 saat dipanaskan larutan yang harusnya berwarna
biru berubah menjadi hijau hal ini terjadi karena alat-a;at yang digunakan
kotor atau belum dicuci. Terjadi kesalahan pada percobaan ekstraksi, pada saat
keran dibuka, minyak ikut keluar bersamaan dengan air hal ini terjadi karena
ketidaktepatan praktikan saat menutup keran.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Pemisahan dan pemurnian dilakukan berdasarkan
pada zat-zat tercemar tersebut. Misalnya campuran air dan pasir dipisahkan
mengunakan pengendapan atau dekantasi. Campuran air dan garam dipisahkan dengan
menggunakan metode kristalisasi. Campuran air dan kapur dipisahkan menggunakan
metode penyaringan atau filtrasi dan
sebagainya.
- Pemisahan dan pemurnian bertujuan untuk
mendapatkan zat murni dari suatu dari suatu zat yang telah tercampur atau
tercemar. Zat atau materi dapat dipisah dari campurannya karena karena campuran
tersebut memiliki perbedaan sifat. Itulah yang mendasari pemisahan dan
pemurnian campuran. Berikut adalah beberapa prinsip yang digunakan dalam proses
pemisahan dan pemurnian campuran.
1. Perbedaan
ukuran partikel
2. Perbedaan
titik didih
3. Perbedaan
masa jenis
4. perbedaan
kelarutan
5. Absorbsi
6. Adsorbsi,
dan
7. Difusi.
- Ada dua macam campuran yaitu homogen dan
heterogen. Campuran homogen adalah penggabungan dua zat atau lebih yang semua
partikelnya menyebar merata sehingga membentuk fase. Contohnya campuran air
dengan gula. Campuran heterogen adalah penggabungan yang tidak merata antara
dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang
lainnya tidak sama diberbagai bejana. Contohnya seperti campuran air dan
minyak.
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktiku menggunakan teknik atau
metode yang lain selain yang dicobakan, seperti kristalisasi, destilasi,
absorbsi dan metode-metode yang lain. Agar kita dapat mengetahui banyak metode
dalam proses pemurnian dan pemisahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Keenan, Charles W, dkk. 1992. "Kimia
Untuk Universitas Jilid 2". Jakarta :
Erlangga
Kitty. 1996. "Kimia Fisika Jilid
2 Edisi Keempat". Jakarta : Erlangga
Petrucci. 1996. "Kimia Dasar
Jilid 1". Jakarta : Erlangga
Petrucci. 1987. "Kimia Dasar".
Bogor : Erlangga
Sudjadi. 1998. "Metode Pemisahan".
Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM
Suyitno. 1989. "Kimia Fisika
Untuk Universitas". Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Svehla, G. 1978. "Vogel Buku
Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro Jilid 1 Edisi Kelima". Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka
Syukri, S. 1999. "Kimia Dasar 1".
Bandung : ITB
Syukri, S. 1991. "Kimia Dasar 1".
Bandung : ITB
Yazid, Estien. 2005. "Kimia Fisik Untuk Parametis".
Yogyakarta : Andi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar