BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Banyak bahan kimia yang digunakan
untuk praktikum berbentuk larutan. Untuk membuat larutanpada umumnya digunakan
pelarut air. Ada juga beberapa larutan yang menggunakan pelarut lain.
Hampir semua proses kimia berlangsung
dalam larutan sehingga penting untuk memahami sifat-sifatnya. Larutan adalah
sesuatu yang penting bagi manusia dan makhluk hidup pada umumnya. Reaksi-reaksi
kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara zat murni.
Larutan memainkan peran penting
dalam kehidupan sehari-hari. Di alam kebanyakan reaksi berlangsung didalam
larutan air. Tubuh manusia menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk
larutan. Larutan biasanya terdiri dari dua zat atau lebih yang merupakan campuran
homogen. Larutan disebut campuran homogen karena komposisi dari larutan begitu
seragam atau satu fase sehingga tidak dapat diamati dan bagian-bagian komponen
penyusunnya meskipun dengan menggunakan mikroskop ultra sekalipun.
Larutan terjadi jika atom, molekul
atau ion dari suatu zat semuanya terdispersi (larut). Larutan terdiri dari dua
komponen penting, komponen tersebut adalah
pelarut dan zat terlarut.
Biasanya komponen pelarut mengandung jumlah zat terbanyak dan komponen zat
pelarut mengandung jumlah zat yang lebih sedikit.
Konsentrasi adalah kuantitas
relatif suatu zat tertentu didalam larutan. Konsentrasi merupakan salah satu
faktor penting yang menentukan cepat atau lambatnya reaksi berlangsung.
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut menyatakan banyaknya zat
terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang
mengandung sebagian besar zat pelarut relatif terhadap pelarut, berarti larutan
tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila mengandung sejumlah
kecil zat terlarut, maka konsentrasinya rendah atau encer. Pada umumnya larutan
mempunyai beberapa sifat, diantaranya sifat larutan non elektrolit dan larutan
elektrolit.
Oleh karena itu, percobaan ini
dilakukan agar dapat mengetahui cara pembuatan suatu larutan dan cara
mengencerkan larutan.
1.2
Tujuan
-
Mengetahui
berbedaan pembuatan larutan NaCl dan H2SO4
-
Mengetahui
reaksi yang terjadi pad proses pembuatan larutan NaCl dan H2SO4
dengan air
-
Mengetahui hasil
dari konsentrasi dari pembuatan NaCl dan H2SO4
-
Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan adalah campuran homogen dari dua macam zat atau lebih. Zat padat, cair dan gas semuanya dapat dilarutkan ke dalam cairan untuk membuat larutan. Dengan kata lain, setiap campuran yang membentuk hanya satu fase adalah larutan. Sesuai dengan definisi atau pengertian maka udara bersih dapat dipandang sebagai larutan. Sebab larutan yang dianggap udara merupakan campuran homogen dari sistem gas seperti nitrogen, oksigen, argon, dan juga karbon dioksida, dan lain-lain (Khopkar, 1990).
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan adalah campuran homogen dari dua macam zat atau lebih. Zat padat, cair dan gas semuanya dapat dilarutkan ke dalam cairan untuk membuat larutan. Dengan kata lain, setiap campuran yang membentuk hanya satu fase adalah larutan. Sesuai dengan definisi atau pengertian maka udara bersih dapat dipandang sebagai larutan. Sebab larutan yang dianggap udara merupakan campuran homogen dari sistem gas seperti nitrogen, oksigen, argon, dan juga karbon dioksida, dan lain-lain (Khopkar, 1990).
Fasa larutan dapat berupa
fasa cair, padat atau gas tergantung pada dua sifat komponen larutan tersebut.
Dan tiga wujud zat seharusnya terbentuk dalam sembilan macam zat larutan,
tetapi zat berwujud padat dan cair tidak membentuk dalam larutan dalam pelarut
berwujud gas. Partikel yang berwujud padat dan cair dalam zat lain yang
berwujud gas akan membentuk larutan heterogen (Khopkar, 1990).
Campuran adalah gabungan zat – zat yang berbeda jenisnya dengan perbandingan tidak tetap atau juga penggabungan antara dua zat atau lebih yang berbeda tanpa reaksi dan jenis – jenis campuran ada 2 macam, yaitu campuran homogen yang artinya adalah campuran yang seluruh bagiannya mempunyai perbandingan komponen yang sama sehingga sangat sulit untuk membeda – bedakan komponen zat penyusunannya dan campuran heterogen yang artinya adalah campuran yang perbandingan komponen disetiap bagiannya tidak sama sehingga masih dapat dibedakan zat – zat penyusunnya (Khopkar, 1990).
Campuran adalah gabungan zat – zat yang berbeda jenisnya dengan perbandingan tidak tetap atau juga penggabungan antara dua zat atau lebih yang berbeda tanpa reaksi dan jenis – jenis campuran ada 2 macam, yaitu campuran homogen yang artinya adalah campuran yang seluruh bagiannya mempunyai perbandingan komponen yang sama sehingga sangat sulit untuk membeda – bedakan komponen zat penyusunannya dan campuran heterogen yang artinya adalah campuran yang perbandingan komponen disetiap bagiannya tidak sama sehingga masih dapat dibedakan zat – zat penyusunnya (Khopkar, 1990).
Kelarutan atau solubility merupakan jumlah maksimum dari suatu zat yang dapat larut didalam sejumlah pelarut pada temperatur atau suhu tertentu (Khopkar, 1990).
Kelarutan suatu zat memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
1) Jenis pelarut, zat bisa bercampur asalkan keduanya memiliki jenis yang sama.
2) Suhu, kelarutan suatu zat berwujud padat semakin tinggi , jika suhunya
dinaikkan.
3) Pengadukan, dengan diaduk maka antara partikel dan
pelarut bertumbukan sehingga akan semakin cepat gula larut dalam cair (Hiskia,
1996).
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Larutan Jenuh, suatu larutan yang mengandung
sejumlah zat pelarut yang larut dan
mengadakan kesetimbangan dengan zat
pelarut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel – partikelnya
tepat habis bereaksi dengan pereaksi.
2) Larutan Tak Jenuh, larutan yang mengandung (zat terlarut) kurang dari suatu
yang diperlukan untuk membuat larutan
jenuh atau dengan kata lain, larutan
yang partikel–partikelnya tidak tepat
habis bereaksi dengan pereaksi.
3) Larutan Lewat Jenuh,
suatu larutan yang mengandung lebih banyak solut tidak
daripada yang diperlukan
untuk larutan jenuh atau dengan
kata lain, larutan
yang
dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga
terjadi endapan (Hiskia,
2001).
Larutan Pekat adalah larutan yang
memiliki atau mengandung sebagian besar zat pelarut sedangkan Larutan Encer
adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil zat pelarut, relatif terhadap
jumlah pelarut (Hiskia, 2001).
Air disebut pelarut universal karena dapat melarutkan lebih banyak zat daripada pelarut lainnya, tetapi tidak benar - benar universal, namun air merupakan pelarut yang luar biasa karena ditandai polaritas dari molekul air dan kecendrungan untuk membentuk ikatan hidrogen dengan molekul lain (Aminu.2010).
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah
zat terlarut dalam setiap dalam setiap satuan larutan atau pelarut. Konsentrasi
dinyatakan pada satuan fisik, seperti halnya satuan volume, satuan kimia,
ataupun satuan berat seperti mol, ekuivalen, dan massa rumus. Konsentrasi
memiliki 3 satuan antara lain :
1) Molalitas (m) merupakan satuan konsentrasi yang penting untuk menentukan
sifat – sifat yang
tergabung dari jumlah
partikel dalam larutan.
Secara
matematis pernyataan diatas dinyatakan
sebagai berikut :
m= n x1000/p
m=massa/Mrx1000/p
2) Molaritas (M) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Secara
2) Molaritas (M) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Secara
matematis pernyataan diatas dinyatakan
sebagai berikut :
M = n/v
3) Fraksi mol (x) menyatakan
perbandingan mol salah satu komponen dengan
Jumlah
mol semua komponen –
komponen. Fraksi mol masing – masing
komponen dalam suatu larutan dapat
ditentukan sebagai berikut :
xA = nA/nA +B atau xB = nB/nA+nB
(Gunawan, 2004).
Sifat fisik yang dimiliki cairannya berminyak tebal, berbau namun memiliki bau tersedak ketika panas, tak berwarna dan memiliki rasa asam, sifat kimia yang dimiliki adalah asam kuat, bersifat korosif, memiliki afinitas yang sangat besar terhadap air, sifatnya reaktif, asam bervalensi 2, dan diperoleh dari reaksi SO₃ dengan air SO₃+H₂O®H₂SO₄ (Karyadi, 1994).
Sifat
fisik yang dimiliki NaCl adalah solid, memiliki rasa asin, mudah larut dalam
air, dan tidak bisa melewati selaput semipermeable. Sifat kimia yang dimiliki
NaCl adalah NaCl didapat dari reaksi NaOH dan HCl sehingga PHnya netral, ikatan
ioniknya kuat () + () selisih
elektronegatifnya lebih dari dua, dan larutannya merupakan elektrolit kuat
karena terionisasi sempurna pada air (Sukardjo, 1997).
Air mempunyai sifat fisika dan kimia
yang unik, karena fungsinya sangat penting dalam kehidupan mahluk di dunia ini.
Air merupakan pelarut yang sangat baik. Air yang terdapat di danau, sungai, dan
laut mengandung zat yang larut didalamnya (Gunawan, 2004).
Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia yang melepaskan kalor atau energi dari suatu sistem ke lingkungan. Sedangkan reaksi endoterm ialah reaksi kimia yang menyerap kalor atau energi dari lingkungan ke sistem. Salah satu contoh reaksi eksoterm adalah percobaan H₂SO₄ dan contoh reaksi endoterm adalah percobaan pembuatan larutan NaCl (Petrucci, 1987).
BAB 3
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
-
Neraca analitik
-
Labu ukur 100 ml
-
Pipet tetes
-
Pipet ukur 1 ml
-
Gelas kimia 100 ml
-
Batang pengaduk
-
Corong kaca
-
Spatula
-
Kaca arloji
-
Botol semprot
-
Bulp
-
Alat tulis
-
Kalkulator
3.1.2 Bahan
-
NaCl
-
H2SO4 96 %
-
Aquades
-
Tisu
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Larutan NaCl
- Ditimbang
NaCl menggunakan neraca analitik sebanyak 1,0018 gram.
- Dimasukkan
aquades sebanyak 50 ml kedalam gelas kimia 100 ml.
- Dimasukkan
NaCl kedalam gelas kimia 100 ml yang berisi aquades.
- Diaduk
menggunakan batang pengaduk.
- Dipindahkan
kedalam labu ukur 100 ml menggunakan corong kaca.
- Dibilas
gelas kimia 100 ml menggunakan aquades dan bilasannya di masukkan kedalam labu
ukur 100 ml.
- Ditutup
labu ukur 100 ml dan di bolak-balik sambil dipegang tutupnya hingga tercampur
rata.
3.2.2 Pengenceran H2SO4
-
Dimasukkan aquades sebanyak 50 ml
kedalam gelas kimia 100 ml.
-
Dipipet H2SO4 96%
sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam gelas
kimia 100 ml.
-
Diaduk menggunakan batang pengaduk.
-
Dipindahkan ke labu ukur 100 ml
menggunakan corong kaca.
-
Dibilas gelas kimia dan bilasannya
dimasukkan kedalam labu ukur
100 ml.
-
Dimasukkan sisa bilasannya dengan
menggunakan pipet tetes.
hingga sampai dengan batas ukur 100
ml pada labu ukur.
-
ditutup labu ukur 100 ml dan bolak-balik
sambil dipegang tutupnya
hingga tercampur rata.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel
Pengamatan
NO
|
Nama Larutan
|
Konsentrasi
|
|
1.
|
Larutan NaCl
|
Molaritas
Fraksi Mol
Persen berat
|
0,171
3,065 X 10-3
1,0018%
|
2.
|
Larutan H2SO4
|
Molaritas
Fraksi Mol
Persen volume
|
0,180
3,262 X 10-3
1%
|
4.2 Reaksi
4.2.1 NaCl
dan air
NaCl + H2O Na+ + Cl- + H2O
4.2.1 H2SO4
dan air
H2SO4 + H2O 2H+ + SO4-2 +
H2O
4.3 Perhitungan
4.3.1 Larutan NaCl
Diketahui :
-
massa NaCl =
1,0018 gram
-
Mr NaCl = 58,5 gram/mol
-
Vlarutan = 100 ml
-
air = 1 gram/ ml
-
NaCl =
2,16 gram/ ml
-
Mr air = 18 gram/ mol
Ditanya :
-
A. Molaritas ?
-
B. Fraksi mol ?
-
C. Persen berat ?
Jawab :
A. M
= =
=
= 0,171 M
B. Fraksi
Mol =
Mol
NaCl = =
= 0,017 mol
Mol
air = =
Karena
mol air belum diketahui maka kita cari terlebih dahulu massanya dengan cara
sebagai berikut.
Vair
=Vlarutan – VNaCl
VNaCl
= =
= 0,464 ml
Vair = 100 ml – 0,464 ml
=
99,356 ml
Massa
air = V. air
= 99,536 . 1
= 99,536 gram
Mol
air = =
= 5,529 mol
XNaCl
=
= = 3,065 X 10-3
C. Persen
berat = X 100%
=
X 100%
=
1,0018%
4.3.2 Larutan H2SO4
Diketahui :
-
Kadar H2SO4 = 96%
-
=
1,84 gram/ ml
-
Vlarutan =
100 ml
-
Mr H2SO4 = 98 gram/ml
-
VH2SO4 = 1 ml
Ditanya :
A. Molaritas
?
B. Fraksi
mol ?
C. Persen
Volume ?
Jawab :
A. Molaritas
sebelum diencerkan
M1
= =
= 18,2
Molaritas
setelah diencerkan
M1.V1
= M2.V2
M2 = =
= 0,180 M
B. Mol
H2SO4 =
Karena massa H2SO4
belum diketahui maka kita cari terlebih dahulu massanya dengan cara sebagai
berikut.
M H2SO4 = V. P
=
1. 1,84
=
1,84 gram
Mol H2SO4 = =
= 0,018 mol
Mol H2O =
=
5,5 mol
X H2SO4 =
=
=
3,262 X 10-3
C. Persen
Volume = X 100%
= X 100%
= 1%
4.4 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan dua percobaan. Percobaan yang
pertama yaitu pembuatan larutan NaCl ( zat pelarut ) dan aquades ( zat terlarut
). Pertama-tama NaCl ditimbang menggunakan neraca analitik didapatkan sebanyak
1,0018 gram kemudian dimasukkan kedal gelas kimia yang telah berisi aquades dan
diaduk agar tercampur sempurna. Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml
dan dibolak-balik dari percobaan tersebut didapatkan konsentrasi sebanyak 0,171
M, fraksi mol 3,065 X 10-3 dan persen berat sebanyak 1,0018%.
Pada percobaan kedua, pengenceran larutan dari H2SO4
( zat cair ) dan aquades ( zat terlarut ). Pertam-tama dipipet 1 ml H2SO4
kedalam gelas kimi yang telah berisi aquades sebanyak 50 ml dan diaduk agar
tercampur. Kemudian larutan H2SO4 dimasukkan kedalam labu
ukur 100 ml dan dibolak-balik, dari percobaan tersebut didapatkan hasil
konsentrasi molaritasnya sebanyak 0,18 M, fraksi mol sebanyak 3,262 X 10-3
dan persen volumenya sebesar 1%.
Perbedaan pembuatan larutan NaCl dan H2SO4 yang
pertama adalah cara pengukuran takaran NaCl menggunakan neraca analitik karena
menggunakan zat padat, sedangkan H2SO4 diukur menggunakan
pipet Volume krena merupakan zat cair. Yang kedua dalam dalam menghitung
konsentrasi, NaCl menggunakan rumus sedangkan larutan H2SO4
menggunakan rumus pengenceran yaitu M1V1 = M2V2.
Fungsi perlakuan pada pembuatan larutan NaCl diantaranya
dilakukan penimbangan menggunakan neraca analitik agar mendapatkan NaCl yang
diinginkan. Dilakukan pengadukan agar NaCl dan pelarut aquades bercampur dengan
rata dan larutan sempurna. Dibolak-balik labu ukur untuk menghomogenkan
larutan. Fungsi perlakuan pada H2SO4 diantaranya
dilakukan pengukuran menggunakan pipet volume agar mendapatkan volume H2SO4
yang diinginkan. H2SO4 dimasukkan kedalam gelas
kimia yang sudah berisi aquades, hal ini dilakukan agar menghilangkan panas
dari H2SO4. Apabila H2SO4
dimasukkan terlebih dahulu tanpa berisi aquades akan memercik dan yang paling
bahayanya mengakibatkan pecahnya gelas kimia. Labu ukur dibolak-balik untuk
menghomogenkan larutan H2SO4.
Pada penentuan molaritas NaCl menggunakan rumus M = karena sudah diketahui masa NaCl melalui
penimbangan, Mr NaCl, dan volume larutannya. Sedangkan pada penentuan molaritas
H2SO4 menggunakan rumus m = karena yang diketahui kadar H2SO4
sebanyak 96%, masa jenis H2SO4 sebesar 1,84 gram/ml
dan Mr H2SO4. Serta
rumus pengenceran yaitu M1V1
= M2V2. Digunakannya rumus pengenceran M1V1
= M2V2 karena larutan H2SO4 dicampurkan
dengan aquades.
Faktor kesalahan pada percobaan pembuatan laruatan ini
diantaranya kurangnya ketelitian dalam
pengukuran NaCl menggunakan neraca analitik dan kurang teliti dalam pengukuran
H2SO4 menggunak pipet ukur 1 ml.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-
perbedaan
pembuatan larutan NaCl dan H2SO4 diantranya yaitu cara
penakaran NaCl menggnakan neraca analitik, sedangkan H2SO4
penggunakan pipet ukur 1ml. Rumus yang digunakan untuk menghitung konsentrasi
NaCl menggunakan rumus,
sedangkan larutan H2SO4 menggunakan rumus
-
a. Reaksi yang terjadi pada pembuatan larutan
NaCl dan air
NaCl + H2O Na+ + Cl- + H2O
b. Reaksi yang terjadi pada pembuatan larutan H2SO4
dan air
H2SO4 + H2O 2H+ + SO4-2
+ H2O
-
Pada pembuatan
NaCl didapatkan didapatkan konsentrasi
molaritasnya 0,171 M, fraksi mol 3,065 x 10-3 dan persen
berat 1,0018%. Pada pembuatan larutan H2SO4 didapatkan
konsentrasi molaritasnya 0,18 M, fraksi mol 3,626 x 10-3 dan persen
volume 1%.
-
Faktor yang
mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, jumlah zat, jenis zat, dan tekanan.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam percobaan pembuatan larutan menggunakan
bahan yang lain seperti NH4Cl, CH3COONH4, HCl,
dan lain-lain agar mendapatkan hasil yang beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 1996. “Kimia Larutan”. Bandung : Citra Aditya Bakti
Achmad, Hiskia. 2001. “Kimia Larutan”. Bandung : Citra Aditya Bakti
Gunawan, Adi dan Roeswati. “Sifat Fisik dan Kimia”. Jakarta : PT. Gramedia
Irfandah, Aminu. 2010. “Mengapa Air Disebut Pelarut Universal”. Yogyakarta : Farmasi UGM
Gunawan, Adi dan Roeswati. “Sifat Fisik dan Kimia”. Jakarta : PT. Gramedia
Irfandah, Aminu. 2010. “Mengapa Air Disebut Pelarut Universal”. Yogyakarta : Farmasi UGM
Karyadi, Grenny. 1994. “Kimia Dasar 2”. Jakarta : DEPDIKBUD
Khopkar, S.M. 1990. “Konsep Dasar Kimia Analitik”. Jakarta : Universitas
Indonesia
Petrucci, R. 1987 .“KimiaDasar 2” . Bandung : ITB
Sukardjo. 1997. “Kimia Fisika”. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Sukardjo. 1997. “Kimia Fisika”. Jakarta : PT. Rineka Cipta